Rabu, 04 Desember 2013

Akademisi UNSOED Teliti Anti Kanker dari Mangrove

Hutan mangrove ternyata tidak hanya bermanfaat untuk menjaga daratan maupun habitat laut dan air.  Peneliti Unsoed, Dr. Warsinah Apt., MSi. yang saat ini menjabat sebagai Dekan FKIK UNSOED menemukan senyawa anti kanker dalam salah satu spesies mangrove.  Kanker adalah penyakit mematikan yang sangat ditakuti kebanyakan orang hingga kini, proses pengobatan kimiawi maupun kemoterapi yang sangat mahal, dan rasa sakit pasien yang luar biasa menyebabkan penderitaan pasien kanker terus bertambah.  “Hal inilah yang mendorong saya mencari senyawa anti kanker dari bahan lokal dan salah satunya adalah mangrove”.  Dr. Warsinah meneliti salah satu spesies mangrove yaitu Bruguiera gimnorrhiza atau sering disebut Tumu tanaman mangrove perdu dengan akar lutut.  “Awalnya saya melihat potensi antioksidan dan anti inflamasi (pembengkakan) dalam tanaman ini, sehingga saya berpikir kemungkinan ada potensi anti kanker juga didalamnya karena kanker biasanya adalah karena ada pertumbuhan sel yang tidak normal dan banyak atau sel tersebut membesar hingga tidak normal”, demikian ungkapnya.

 
Perjuangan Dr. Warsinah menemukan senyawa kanker tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Setelah mengambil sampel dari Segara Anakan Cilacap perlu berbagai macam perlakukan untuk menemukan senyawa aktif anti kanker dalam tumbuhan Tumu.  “Saya mengawali dengan mengekstrak daun, bunga, batang, hingga akar dengan metanol kemudian saya cek cytotoxicnya atau daya hancur terhadap sel kanker serviks yaitu sel kanker HeLa”, jelasnya.  Setelah menguji dan menemukan bagian yang potensial, Dr. Warsinah kemudian melakuikan fraksinasi (pemisahan) senyawa dengan model partisi hingga menemukan tiga senyawa yaitu enhexan, cloroform, dan etilastat.  “Ketiganya saya uji lagi terhadap sel HeLa dan ditemukan bahwa yang paling aktif adalah cloroform”, ungkapnya.  Dosen Farmasi UNSOED ini kemudian memisahkan lagi dengan metode kromatografi kolom berdasarkan polaritas pelarut.  “Saya mulai dari enhexan 100%, enhexan 10% sampai cloroform 90%, 100%cloroform, 10%cloroform sampai 90%etilastat 90%, etilastat 100%, etilastat 10% hingga metanol 90%”, jelasnya.  Setelah itu dilakukan KLT yaitu profil yang sama digabungkan dan diuji lagi cytotoxicnya hingga ditemukan lima fraksi yang diberi nama F1 sampai F5.  “Saya temukan F2 yang paling aktif”, tandasnya.

Setelah menemukan F2, Dr. Warsinah melanjutkan lagi melakukan pemisahan lagi terhadap F2 hingga ditemukan sembilan fraksi yang diberi nama S1 sampai S9.  “Yang paling aktif S4 kemudian dimurnikan dengan pelarut metanol didapatkan tiga isolat, yang terbaik adalah isolat 3 dan inilah yang kemudian saya uji dengan berbagai metode”, jelasnya.  Akhirnya Dr. Warsinah menemukan Senyawa terpenuhi sebagai Anti Kanker yaitu Gibierelin A29 dari Tanaman Mangrove.  “Saya berharap penemuan ini dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya”, demikian ungkapnya.  Setelah melakukan penelitian sejak 2005 terhadap anti kanker ini, Dr. Warsinah akan berusaha melanjutkan penelitiannya lagi ke tahap berikutnya.  “Saya berharap dapat melanjutkan penelitian ini ke tahap selanjutnya”, ungkapnya.  Ia juga berharap semua pihak berusaha menjaga ekosistem mangrove.  “Ekosistem mangrove yang memiliki berbagai potensi ini harus kita jaga, karena kita dapat menggali banyak hal dari dalamnya”, tegasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar