Hutan mangrove ternyata tidak hanya bermanfaat
untuk menjaga daratan maupun habitat laut dan air. Peneliti Unsoed, Dr.
Warsinah Apt., MSi. yang saat ini menjabat sebagai Dekan FKIK UNSOED
menemukan senyawa anti kanker dalam salah satu spesies mangrove. Kanker
adalah penyakit mematikan yang sangat ditakuti kebanyakan orang hingga
kini, proses pengobatan kimiawi maupun kemoterapi yang sangat mahal, dan
rasa sakit pasien yang luar biasa menyebabkan penderitaan pasien kanker
terus bertambah. “Hal inilah yang mendorong saya mencari senyawa anti
kanker dari bahan lokal dan salah satunya adalah mangrove”. Dr.
Warsinah meneliti salah satu spesies mangrove yaitu Bruguiera gimnorrhiza
atau sering disebut Tumu tanaman mangrove perdu dengan akar lutut.
“Awalnya saya melihat potensi antioksidan dan anti inflamasi
(pembengkakan) dalam tanaman ini, sehingga saya berpikir kemungkinan ada
potensi anti kanker juga didalamnya karena kanker biasanya adalah
karena ada pertumbuhan sel yang tidak normal dan banyak atau sel
tersebut membesar hingga tidak normal”, demikian ungkapnya.
Perjuangan Dr. Warsinah menemukan senyawa kanker tidaklah semudah
membalikkan telapak tangan. Setelah mengambil sampel dari Segara Anakan
Cilacap perlu berbagai macam perlakukan untuk menemukan senyawa aktif
anti kanker dalam tumbuhan Tumu. “Saya mengawali dengan mengekstrak
daun, bunga, batang, hingga akar dengan metanol kemudian saya cek cytotoxicnya
atau daya hancur terhadap sel kanker serviks yaitu sel kanker HeLa”,
jelasnya. Setelah menguji dan menemukan bagian yang potensial, Dr.
Warsinah kemudian melakuikan fraksinasi (pemisahan) senyawa dengan model
partisi hingga menemukan tiga senyawa yaitu enhexan, cloroform, dan etilastat. “Ketiganya saya uji lagi terhadap sel HeLa dan ditemukan bahwa yang paling aktif adalah cloroform”,
ungkapnya. Dosen Farmasi UNSOED ini kemudian memisahkan lagi dengan
metode kromatografi kolom berdasarkan polaritas pelarut. “Saya mulai
dari enhexan 100%, enhexan 10% sampai cloroform 90%, 100%cloroform, 10%cloroform sampai 90%etilastat 90%, etilastat 100%, etilastat 10% hingga metanol 90%”, jelasnya. Setelah itu dilakukan KLT yaitu profil yang sama digabungkan dan diuji lagi cytotoxicnya hingga ditemukan lima fraksi yang diberi nama F1 sampai F5. “Saya temukan F2 yang paling aktif”, tandasnya.
Setelah menemukan F2, Dr. Warsinah melanjutkan lagi melakukan pemisahan
lagi terhadap F2 hingga ditemukan sembilan fraksi yang diberi nama S1
sampai S9. “Yang paling aktif S4 kemudian dimurnikan dengan pelarut metanol didapatkan tiga isolat, yang terbaik adalah isolat 3
dan inilah yang kemudian saya uji dengan berbagai metode”, jelasnya.
Akhirnya Dr. Warsinah menemukan Senyawa terpenuhi sebagai Anti Kanker
yaitu Gibierelin A29 dari Tanaman Mangrove. “Saya berharap
penemuan ini dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya”, demikian
ungkapnya. Setelah melakukan penelitian sejak 2005 terhadap anti kanker
ini, Dr. Warsinah akan berusaha melanjutkan penelitiannya lagi ke tahap
berikutnya. “Saya berharap dapat melanjutkan penelitian ini ke tahap
selanjutnya”, ungkapnya. Ia juga berharap semua pihak berusaha menjaga
ekosistem mangrove. “Ekosistem mangrove yang memiliki berbagai potensi
ini harus kita jaga, karena kita dapat menggali banyak hal dari
dalamnya”, tegasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar